Oleh : Faisal Dudayef
Di tengah arus besar transformasi pendidikan global, Universitas Setia Budhi Rangkasbitung (USBR) memegang posisi strategis sebagai pintu gerbang bagi generasi muda Lebak dan sekitarnya untuk menapaki tangga kemajuan. Lebih dari sekadar institusi akademik, USBR adalah representasi harapan kolektif, ruang tempat gagasan lahir, karakter dibentuk, dan masa depan daerah dirancang. Pelantikan Iman Sampurna sebagai Penjabat Rektor periode 2025–2027 merupakan momentum penting untuk mengakselerasi peran strategis tersebut.
Lebak bukan hanya daerah administratif, tetapi sebuah ruang sosial budaya yang menyimpan potensi besar dan tantangan nyata. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lebak memang tergolong rendah, yaitu 65,86, meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas yang hanya 6,61 tahun, jauh di bawah rata-rata Provinsi Banten yang mencapai 9,23 tahun. Angka-angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cermin realitas yang menuntut langkah strategis dan terukur dari semua pemangku kepentingan, termasuk USBR.
Kepemimpinan akademik di era disrupsi menuntut keberanian melampaui sekat administratif. Seorang rektor bukan hanya manajer kampus, tetapi juga arsitek perubahan sosial. Iman Sampurna diharapkan mampu membangun sinergi antara kekuatan akademik, kebutuhan masyarakat, dan peluang ekonomi. Visi kepemimpinannya perlu diarahkan untuk menjadikan USBR sebagai pusat keunggulan yang memadukan riset kontekstual, pengembangan teknologi, dan pemberdayaan komunitas.
Transformasi USBR memerlukan strategi berlapis. Pertama, memperkuat kualitas akademik melalui riset yang tidak hanya memenuhi standar ilmiah, tetapi juga menjawab kebutuhan lokal seperti pemberdayaan ekonomi desa, inovasi pertanian, hingga pengelolaan potensi wisata berbasis kearifan lokal. Kedua, memperluas jejaring kolaborasi lintas sektor seperti pemerintah daerah, industri kreatif, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra internasional untuk memastikan pendidikan di USBR terkoneksi dengan dinamika global. Ketiga, memanfaatkan teknologi digital sebagai medium pembelajaran, komunikasi, dan publikasi ilmiah sehingga kampus ini tidak tertinggal dalam ekosistem pendidikan abad ke-21.
USBR juga harus membangun budaya akademik yang sehat, di mana setiap dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan merasa menjadi bagian dari misi besar universitas. Komunikasi internal yang efektif akan menciptakan kohesi organisasi, sementara komunikasi eksternal yang strategis akan memperkuat citra dan reputasi USBR di mata publik. Di sinilah perspektif ilmu komunikasi memainkan peran penting, membangun narasi, mengelola persepsi, dan mengartikulasikan identitas kampus.
Peran USBR tidak berhenti di ranah akademik. Ia harus menjadi episentrum inovasi sosial di Lebak. Misalnya, membangun pusat studi pemberdayaan masyarakat, pusat literasi digital, atau laboratorium inovasi desa yang menghubungkan teori akademik dengan praktik lapangan. Dengan pendekatan seperti ini, universitas dapat menjadi katalis perubahan, bukan sekadar penonton dalam dinamika pembangunan daerah.
Kepemimpinan visioner memerlukan keberanian untuk mengambil langkah strategis meski penuh risiko. Dalam bahasa maritim, seorang nahkoda harus mampu membaca peta, mengantisipasi badai, dan memanfaatkan arah angin untuk membawa kapalnya menuju pelabuhan tujuan. Iman Sampurna kini berada di titik itu. Tugasnya adalah memastikan bahwa USBR tidak hanya berlayar mengikuti arus, tetapi mampu menentukan arah dan menjadi penentu peta pendidikan Lebak di masa depan.
Masyarakat menaruh ekspektasi tinggi bahwa di bawah nahkoda baru ini, USBR dapat menjadi simbol kebangkitan pendidikan Lebak yang mampu melahirkan lulusan cerdas, berkarakter, adaptif terhadap perubahan, dan siap memimpin. Harapan ini bukan utopia, melainkan visi yang dapat diwujudkan jika didukung oleh strategi, kolaborasi, dan komitmen yang konsisten.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya melampaui generasi. Jika USBR mampu memanfaatkan momentum ini, maka kelak sejarah akan mencatat bahwa pada periode kepemimpinan Iman Sampurna, kampus ini menjadi mercusuar ilmu dan peradaban bagi Lebak, Banten, dan Indonesia.
*Penulis adalah Mahasiswa Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta






