Senin, Desember 22, 2025
BerandaBantenMengenang Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si: Sosok Teladan Bertutur Lembut yang Mengajarkan...

Mengenang Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si: Sosok Teladan Bertutur Lembut yang Mengajarkan Ilmu dengan Ketulusan Hati

Kepergian Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si., meninggalkan duka mendalam bagi civitas akademika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, khususnya keluarga besar Ilmu Komunikasi FISIP Untirta. Bagi kami, para mahasiswa yang pernah merasakan bimbingan, perhatian, dan keteladanan beliau, kepergian ini bukan sekadar kehilangan seorang dosen. Kami kehilangan sosok pendidik yang sepenuhnya selalu hadir untuk mahasiswa, dengan ketulusan yang sulit tergantikan.

Saya masih mengingat dengan jelas kesan pertama saat menjadi mahasiswa beliau. Di ruang kelas, dalam setiap penjelasan yang disampaikan, terselip kehangatan dari tutur kata yang lembut. Beliau memberi ilmu tanpa jarak. Tidak ada sekat antara dosen dan mahasiswa, karena beliau selalu mengajarkan bahwa komunikasi bukan hanya teori, tetapi juga tentang bagaimana kita menghargai dan memperlakukan sesama dengan baik.

Ketulusan itu semakin terasa ketika saya aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) FISIP Untirta. Pada masa itu, beliau menjabat sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi. Di balik kesibukannya sebagai Dosen dan juga Ketua prodi, beliau hampir tak pernah absen hadir dalam setiap kegiatan kami. Kehadiran itu bukan sekadar formalitas. Beliau datang dengan antusias, membawa energi positif, dan memastikan bahwa kami selalu merasa ditemani dalam setiap proses belajar dan berkegiatan.

Selain itu, Saya dan beberapa Teman yang lain pernah diberi kesempatan membantu beliau dalam penyusunan berkas akreditasi jurusan di ruang kerjanya. Momen itu menjadi salah satu pengalaman yang paling membekas. Di balik tanggung jawab besar yang beliau emban, saya melihat betapa besar perhatian beliau terhadap kemajuan program studi Ilmu Komuniasi FISIP Untirta dan masa depan mahasiswa. Beliau bekerja dengan ketelitian, namun tetap menyempatkan diri menanyakan kabar, memberi arahan, atau sekadar berbincang ringan. Hal-hal sederhana itu yang membuat kami merasa dihargai, didengarkan, dan dianggap ada.

Kebaikan beliau tidak berhenti di kampus. Pernah suatu hari, kami pengurus Himakom bersama beberapa dosen lainnya diundang makan di rumah beliau. Suasana hangat dalam kebersamaan itu membuat saya semakin memahami bahwa ketulusan yang beliau tunjukkan benar-benar tulus dari diri beliau. Itu adalah karakter. Beliau sosok yang ramah, perhatian, dan mudah membuat orang di sekitarnya merasa nyaman.

Setiap kali bertemu di lorong kampus, beliau hampir selalu menyapa lebih dulu. Ada perhatian yang tidak dibuat-buat. Ada kepedulian yang tidak pernah beliau ucapkan secara eksplisit, tetapi terasa dari setiap gestur dan cara bertutur. Dan apa yang saya rasakan bukan hanya dialami oleh saya pribadi. Banyak mahasiswa Ilmu Komunikasi merasakan hal serupa. Beliau dekat dengan mahasiswa, namun tetap dihormati. Beliau tegas, namun tidak pernah meninggikan suara. Beliau mengayomi, namun tetap memberi ruang bagi mahasiswa untuk berkembang.

Kini, ketika beliau telah kembali kepada Sang Pencipta, kenangan-kenangan itu menjadi warisan berharga. Warisan tentang bagaimana seorang pendidik sejatinya menghadirkan ilmu dengan hati, membimbing tanpa pamrih, dan menanamkan nilai melalui keteladanan.

Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si., bukan hanya memberikan ilmu. Beliau memberikan teladan tentang ketulusan, kesabaran, dan dedikasi. Kami, para mahasiswa yang pernah disentuh oleh kebaikan beliau, akan selalu menyimpan jejak itu dalam ingatan.

Selamat jalan, Ibu.

Terima kasih atas segala kebaikan dan perhatian yang telah ibu berikan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima seluruh amal dan kebaikan Ibu, melapangkan jalan kepulangan, serta menempatkan Ibu pada tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin..

Dari hati seorang yang pernah merasakan hangatnya bimbingan seorang pendidik sejati.

Berita Terkait
- Advertisment -
jasa pembuatan website

Terbaru